Bulan Mei, tanggal 2…hari
Pendidikan Nasional
Mengingat hari ini...selalu membuat prihatin…tentang sekolah
rusak, tentang anak-anak sekolah yang harus menempuh perjalanan jauh dan
berbahaya untuk pergi ke sekolah, tentang biaya yang semakin tinggi, tentang
sebuah profesi luar biasa mulia yang bernama GURU…
GURU…diguGU dan ditiRU…jadi teladan baik dari kata-kata
maupun tingkah laku…seorang pahlawan tanpa tanda jasa…begitulah Bapak Sartono memberi
penghargaan tinggi untuk profesi ini dalam syair lagu ciptaan beliau…HYMNE GURU…
GURU…pada saat ini tentu ini adalah profesi yang tidak hanya
mulia tetapi juga menjanjikan kehidupan yang lebih baik…tak heran bila
sekolah-sekolah pendidikan guru memiliki peminat yang tak kalah dibanding peminat
jurusan favorit lainnya…
Semoga dengan bertambah banyaknya para calon guru dapat
membantu mengatasi masalah pendidikan di Indonesia…amin
Sebuah inspirasi,
menjaga semangat
Pendidikan...setiap orang dapat menjadi guru dan setiap
orang dapat menjadi murid... selama ini, secara tidak sadar, kita membatasi
ranah pendidikan hanya berada di lingkungan sekolah formal dari TK/PAUD/KB
sampai Perguruan Tinggi…padahal pendidikan sebenarnya dimulai dari kita lahir
di dunia ini…sejak bayi kita belajar apa yang harus dilakukan bila lapar,
belajar duduk-berjalan-bicara, belajar mengenal orang tua-saudara-tetangga,
belajar mengenal lingkungan, sampai saat setelah lulus kuliah pun kita masih
belajar mengelola hidup, merencanakan masa depan, belajar di lingkungan kerja
dan seterusnya…
Jadi pendidikan tidak diartikan sempit, hanya berada di
lingkungan sekolah atau kampus formal saja, tetapi berada di mana saja...
Bicara tentang pendidikan di negeri ini…sebuah terobosan Anies
Baswedan dkk benar-benar luar biasa…menohok pas di hati…mengingat sebuah
profesi yang luar biasa mulia ada di pundak… Tulisan selanjutnya di bawah ini
merupakan intisari sebuah Roadshow Indonesia Mengajar di UMY dengan narasumber
Anies Baswedan, Rektor Universitas Paramadina.
Setahun mengajar, seumur hidup menginspirasi…semboyan luar
biasa dari Indonesia Mengajar (baca indonesiamengajar.org)
Menurut pandangan Anies Baswedan, kita adalah produk dan
akibat dari pendidikan Indonesia, sehingga kita punya tanggung jawab moral
untuk mendidik juga.
Pendidikan Indonesia, banyak masalah...yg paling krusial
adalah kualitas guru... Jika seorang guru baik maka akan dititipi muatan apapun
untuk disampaikan pada naka didiknya maka hasilnya akan baik juga, tetapi dapat
terjadi sebaliknya...
Hal ini kembali ke pameo GURU-diguGU lan ditiRU…
Sebaran indeks kualitas guru rata-rata Indonesia adalah 3,77
dari grade 1 - 11... Daerah dengan indeks kualitas guru tinggi di Indonesia
adalah Jatim, DKI, DIY dan Jateng, tetapi angkanya masih pada kisaran 4...
So, bayangkan yang bagus saja masih berada di level
sepertiga terbawah…bagaimana yang kurang/tidak bagus…
Masalah yang lain adalah distribusi guru tidak merata...
Rasio guru dan murid di Indonesia 1:18...cukup bagus tapi
karena masalah di atas...distribusi guru yang tidak merata memberikan pengaruh
negatif...
Inspirasi Indonesia Mengajar adalah pada program Pengerahan
Tenaga Mahasiswa (PTM) pada saat awal Indonesia merdeka tahun 1952. Pada saat itu pemerintah mendirikan SMA di
hampir setiap kabupaten, sekitar 150 buah, akan tetapi pemerintah kekurangan
tenaga guru. Oleh karena itu dicanangkanlah program tersebut. Sayangnya program
ini hanya berlangsung selama 10 tahun, sekitar tahun 1962, dikarenakan situasi
politik mulai panas, maka program berhenti. Namun hasilnya luar biasa…dari
daerah terpencil yang semula tidak terpikir untuk melanjutkan pendidikan lebih
lanjut, menjadi terbantu dan terinspirasi untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
Dan Indonesia memiliki masyarakat yang lebih terdidik pada
akhir 1980an
Sebuah cerita dari Prof. Koesnadi Harjasumantri (alm) yang
diceritakan kembali oleh Anies Baswedan, saat itu beliau (Alm. Prof Koesnadi)
menjadi sukarelawan PTM di daerah Nusa Tenggara Timur dan ketika kembali ke
Yogyakarta membawa 3 orang anak didiknya untuk kuliah di Yogyakarta. Salah dua
dari ketiga orang itu adalah Adrianus Mooy (mantan Gubernur Bank Indonesia) dan
mantan Rektor Universitas Satya Wacana Salatiga (Prof. K.H. Timotius???)…it’s
amazing.
Sebuah cerita lagi dari Anies Baswedan, saat bertemu seorang
dokter dari PMI Jakarta, dokter tersebut berkata kepada Anies Baswedan: andai
tidak ada program PTM, andai tidak datang para mahasiswa menjadi guru di tempat
kami, maka saya tidak akan bisa kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makasar…..(bapak tersebut berasal dari Pare-Pare, Sulawesi Selatan)…..subhanallah…luar
biasa…
Berada di ruangan tempat berlangsungnya acara roadshow
membuat beberapa kali saya harus mengelap mata yang agak basah…terharu…merinding…luar
biasa terharu…
Bagaimana tidak…para sarjana, yang notabene orang-orang
cerdas dan berkelas, dan semakin berkelas dengan semangat pengabdian pada negara mereka...bersedia dan siap untuk menjadi guru di SD-SD terpencil dengan segala permasalahannya, tanpa digaji dengan materi, harus siap dan mampu menjadi decision maker dengan cepat di lingkungan tersebut...jauh dari keluarga, jauh dari semua gadget, dan tidak ada/lemah sinyal telepon...untuk setahun lamanya...menjadi bagian dari masyarakat setempat, menjadikannya sebagai the second home, memperkuat tenun kebangsaan Indonesia...subhanallah...
Mengingat kembali lagu Hymne Guru, sosok para pengajar muda yang masih begitu muda tapi luar biasa inilah yang paling cocok mendapat gelar tanpa tanda jasa...
It's priceless...melihat mata-mata jernih bercahaya mendapat pengetahuan...seperti membawa dari kegelapan menuju ke cahaya...
Ini menjadi refleksi pribadi, begitu jauuh...dan semoga menjadi penjaga semangat, melakukan sesuatu untuk negeri ini...
Akhir dari acara ini, harus dicermati dan dipahami bahwa pendidikan adalah gerakan, jangan hanya sebatas program yang berakhir menjadi slogan.
Janji kemerdekaan...ada di pembukaan uud 45, ada 4 hal,
salah satunya mencerdaskan pendidikan bangsa...
Janji...harus ditepati...bukan lagi cita-cita
kemerdekaan....
by Elisa